Senin, 31 Oktober 2016

ETIKA DAN SIKAP DALAM HUBUNGAN ANTAR MANUSIA

A.      Pengertian Etika dan Sikap
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara bebas dan dapat
dipertanggungjawabkan, karena setiap tindakannya selalu lahir dari keputusan pribadi yang bebas dengan selalu bersedia untuk mempertanggungjawabankan tindakannya itu, karena memang ada alasan-alasan dan pertimbangan-pertimbangan yang kuat mengapa ia betindak begitu. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalankan hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang patut dilakukan. Oleh karena itu etika merupakan bagian dari wujud pokok budaya yang pertama yaitu gagasan atau sistem ide.
Sikap (attitude) adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenal aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Selain itu, Sikap adalah kecondongan evaluatif terhadap suatu objek atau subjek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan objek sikap.


B.       Macam-macam Etika
Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan atau etis, yaitu sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia disebut etis, ialah manusia secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan antara sebagai makhluk berdiri sendiri dengan penciptanya. Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan dengan etika, terdapat dua macam etika (Keraf: 1991: 23), sebagai berikut:
1.        Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
2.        Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan normanorma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.
C.      Komponen Sikap
Secord and Bacman (1964) membagi sikap menjadi tiga komponen yaitu:
1.    Komponen kognitif, adalah komponen yang terdiri dari pengetahuan Pengetahuan inilah yang akan membentuk keyakinan dan pendapat tertentu tentang objek sikap.
2.        Komponen afektif, adalah komponen yang berhubungannya dengan perasaan senang atau tidak senang, sehingga bersifat evaluatif. Komponen ini erat hubungannya dengan sistem nilai yang dianut pemilik sikap.
3.     Komponen konatif, adalah komponen sikap yang berupa kesiapan seseorang untuk berperilaku yang berhubungan dengan objek sikap.

DAFTAR RUJUKAN:

Kamis, 20 Oktober 2016

KEJENUHAN DALAM BELAJAR DAN TRANSFER DALAM BELAJAR




A.      Kejenuhan Dalam Belajar
1.        Pengertian Kejenuhan Dalam Belajar
Secara harfiah arti jenuh ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apapun selain itu, jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan. Dalam belajar, disamping siswa sering mengalami kelupaan, ia juga mengalami peristiwa negatif lainnya yaitu kejenuhan dalam belajar. Peristiwa jenuh dialami seorang siswa yang sedang dalam proses belajar dapat membuat siswa tersebut merasa telah memubazirkan usahanya.
Menurut Robert (dalam Muhibbin Syah, 2012: 181),  kejenuhan belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil. Selain itu ada juga pendapat yang mengatakan kejenuhan belajar merupakan suatu kondisi mental seorang pelajar atau mahasiwa mengalami kebosanan untuk melakukan aktifitas belajar, yang menyebabkan motivasi belajar menurun.
Jadi dapat disimpulkan kejenuhan belajar adalah menurunnya kondisi mental pesertadidik yang mengakibatkan rendahnya motivasi belajar, sehingga berpengaruh pada hasil belajar yang kurang memuaskan.
2.        Faktor Penyebab dan Cara Mengatasi Kejenuhan Dalam Belajar
a.         Faktor Penyebab Terjadinya Kejenuhan Dalam Belajar
Menurut Chaplin (dalam Muhibbin Syah, 2012:181), kejenuhan belajar dapat melanda siswa apabila ia telah kehilangan motivasi dan kehilangan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum siswa tertentu sampai pada tingkat keterampilan berikutnya. Selain itu, kejenuhan juga dapat terjadi karena proses belajar siswa telah sampai pada batas kemampuan jasmaniahnya karena bosan dan keletihan.
Menurut Cross (1974) dalam bukunya The Psychology of Learning (dalam buku Muhabbin Syah, 2012: 182), keletihan siswa dapat dikategorikan menjadi tiga macam yakni.

1.        Keletihan indera siswa
2.        Keletihan fisik siwa
3.        Keletihan mental siswa
Keletihan fisik dan keletihan indera dalam hal ini mata dan telinga, pada umumnya dapat dikurangi atau dihilangkan lebih mudah setelah siwa beristirahat yang cukup dan mengkonsumsi makanan yang bergizi. Begitu sebaliknya, keletihan mental tak dapat diatasi dengan mudah. Maka dari itu keletihan mental dipandang sebagai faktor utama penyebab munculnya kejenuhan dalam belajar.
Empat faktor penyebab keletihan mental pada siswa sebagai berikut.
a)        Karena kecemasan siswa terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri
b)        Karena kecemasan siswa terhadap standar keberhasilan bisang study tertentu yang dianggap terlalu tinggi terutama ketika siswa merasa bosan mempelajari bidang-bidang study tadi
c)        Karena siswa berada di tengah-tengah situasi kompetitif yang ketat dan menuntut lebih banyak kerja intelek yang berat
d)       Karena siswa mempercayai konsep kinerja akademik yang optimum, sedangkan dia sendiri menilai belajarnya sendiri hanya berdasarkan ketentuan yang ia bikin sendiri.
b.        Cara Mengatasi Kejenuhan Dalam Belajar
Keletihan mental yang menyebabkan munculnya kejenuhan belajar, bisa diatasi dengan kiat-kiat berikut ini.
1)        Melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi dengan takaran yang cukup
2)        Pengubahan atau penjadwalan kembali jam-jam dari hari-hari belajar yang dianggap lebih memungkinkan siswa lebih belajar dengan giat
3)        Pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa yang meliputi pengubahan posisi meja tulis, lemari, rak buku, dan alat-alat perlengkapan belajar sampai memungkinkan siswa merasa berada ditempat yang lebih menyenangkan untuk belajar
4)        Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat daripada sebelumnya
5)        Siswa harus berbuat nyata (tidak menyerah atau tinggal diam) dengan cara mencoba belajar dan belajar lagi. Serta menggunakan metode yang bervariasi dalam belajar.
B.       Transfer Dalam Belajar
1.        Pengertian Transfer Dalam Belajar
Transfer belajar merupakan pemindahan ketrampilan hasil belajar  dari suatu situasi kesituasi lainnya. Kata “pemindahan ketrampilan” tidak berkonotasi hilangnya melakukan ketrampilan sesuatau  karena diganti ketrampilan baru pada masa sekarang, oleh sebab itu definisi ini harus dipahami sebagai pemindahan pengaruh atau pengaruh keterampilan melakuakan sesuatu terhadap tercapainya ketrampilan melakukan sesuatu lainnya.
 Dalam buku psikologi pendidkan (Purwanto Ngalim, 1990:108), transfer belajar adalah apabila seseorang mampu menerapkan sebagian atau semua kecakapan kecakapan yang telah dipelajarinya dalam situasi lain yang tertentu. Sedangkan menurut Reber (dalam Syah, 2012: 159), transfer belajaradalah pemindahan keterampilan hasil belajar dari satu situasi ke situasi lainnya.
2.        Ragam Transfer Belajar
Menurut Gagne (dalam Syah, 2012: 160), transfer belajar dapat digolongkan kepada empat kategori yaitu.
a.         Transfer positif
Transfer positif dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila guru membantu untuk belajar dalam situasi tertentu yang mempermudah siswa tersebut belajar dalam  situasi-situasi lainnya. Dalam hal ini, transfer positif menurut Barlow (1985) adalah learning in one sitaution helpful in other situations, artinya belajar dalam suatu situasi yang dapat membantu belajar dalam situasi-situasi lain.
Contoh, seorang siswa yang telah menguasai matematika akan mudah mempelajari statistika, karena banyaknya kesamaan hukum, prinsip ataupun rumus yang ada di matematika dan statistika.   
b.        Transfer Negatif
Transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer negatif dapat dialami seorang siswa apabila ia belajar dalam situasi tertentu yang memiliki pengaruh merusak terhadap keterampilan/pengetahuan yang dipelajari dalam situasi-situasi lainnya. Pengertian ini di ambil dari pakar psikologi pendidikan oleh Daniel Lenox Barlow (1985) yakni learning in one situation has a damaging effect in other situations.
Contoh, orang yang sudah terbiasa mengetik dengan menggunakan dua jari, kalau belajar mengetik dengan menggunakan sepuluh jari akan lebih banyak mengalami kesukaran dari pada orang yang baru belajar mengetik. Artinya, keterampilan yang sebelumnya sudah dimiliki menjadi penghambat belajar keterampilan lainnya.
c.         Transfer Vertikal
Transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi. Transfer vertikal (tegak lurus) dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila pelajaran yang telah dipelajari dalam situasi tertentu membantu siswa tersebut dalam menguasi pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi/rumit.
Contoh, seorang siswa SD yang telah menguasai prinsip penjumlahan dan pengurangan akan mudah mempelajari perkalian, atau seorang anak yang telah menguasai mata pelajaran nahwu dan shorrof akan sangat mudah mempelajari kitab-kitab fiqh, tafsir dan sejenisnya.
Agar memperoleh transfer vertikal, guru sangat dianjurkan untuk menjelaskan kepada para siswa secara eksplisit mengenai faedah materi yang sedang diajarkannya bagi kegiatan belajar materi lainnya yang lebih kompleks. Upaya ini penting sebab kalau siswa tidak memiliki alasan yang benar mengapa ia harus mempelajari materi yang sedang diajarkan gurunya itu, mungkin ia tak akan mampu memanfaatkan materi tadi untuk mempelajari materi lainnya yang lebih rumit.
d.        Transfer Lateral
Transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan/keterampilan yang sederajat. Transfer lateral (ke arah samping) dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila ia mampu menggunakan materi yang telah dipelajarinya untuk mempelajari materi yang sama kerumitannya dalam situasi-situasi yang lain. Dalam hal ini, perubahan waktu dan tempat tidak mengurangi mutu hasil belajar siswa tersebut.
Contoh, seorang mempunyai orang yang mempelajari dan memahami mata pelajaran bahasa asing yang mempunyai struktur gramatika, susunan kata, sintaksis yang sama. Seperti mempelajari dan memahami bahasa inggris akan mempermudah mempelajari bahasa jerman.
3.        Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Transfer Belajar
a.         Intelegensi, individu yang lancar dan pandai biasanya segera mampu menganalisa dan dapat melihat hubungan logis, ia segera melihat unsur-unsur yang sama serta pola dasar atau kaidah hukum, sehingga sangat mudah terjadi transfer.
b.        Sikap, Meskipun orang mengerti dan memahami sesuatu serta hubungannya dengan yang lain, tetapi pendirian/kecenderungannya menolak/sikap negatif, maka transfer tidak akan terjadi, dan demikian sebaliknya.
c.         Materi Pelajaran, Biasanya mata pelajaran yang mempunyai daerah berdekatan akan mudah terjadi transfer. Contohnya: Matematika dengan Statistika, Ilmu Jiwa Daya dengan Sosiologi akan lebih mudah terjadi transfer.
d.        Sistem Penyampaian Guru, Pendidik yang senantiasa menunjukkan hubungan antara suatu pelajaran yang sedang dipelajari dengan mata pelajaran yang lain atau dengan menunjuk kehidupan nyata yang dialami anak, biasanya akan mudah terjadi transfer.
4.        Teori-teori Transfer Dalam Belajar
Menurut Albert Bapp (dalam Oemar Hamalik, 2009:52), teori transfer belajar sebagai berikut.
a.       Teori disiplin ilmu/ilmu daya, yang menjelaskan bahwa daya jiwa pada manusia itu dapat di latih. Dan setelah berlatih dengan baik, daya-daya itu dapat digunakan pula untuk pekerjaan yang lain yang menggunakan daya tersebut, dengan demikian terjadilah transfer belajar. Misalnya seorang anak yang semenjak kecil melatih diri cara-cara melempar dengan tepat, mula-mula ia melempar dengan batu, kemudian di sekolah ia sering bermain kasti sehingga terlatih pula melempar dengan bola. Menurut teori daya, anak yang telah mempunyai kemampuan lari, lompat, loncat akan menghasilkan kemampuan dalam bidang atletik.
b.     Teori elemen identik, yang berpandangan bahwa transfer belajar dari satu bidang ke bidang studi yang lain atau bidang studi sekolah ke kehidupan sehari-hari, terjadi berdasarkan unsur-unsur yang sama. Misalnya antara bidang studi fisika dan ilmu mekanika, dan sebagainya. Menurut teori ini Hakekat transfer belajar adalah pengalihan dari penguasaan suatu unsur tertentu pada bidang studi yang lain, makin banyak adanya unsur-unsur yang sama akan semakin besar terjadinya transfer belajar postif. Unsur-unsur identik dapat di transfer ke unsur-unsur identik lainnya, yang sering juga di sebut sebagai “teori elemen identik”.
c.         Teori generalisasi, bahwa transfer belajar lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menangkap struktur pokok, pola dan prinsip umum, yang dengannya mampu menangkap ciri-ciri atau sifat-sifat umum yang terdapat dalam sejumlah hal yang khusus. Misalnya ketika seseorang menguasai dalam kaidah-kaidah pokok dalam hukum islam (ushul fiqh), maka ia akan dengan mudah menguasai ketentuan hukum yang lebih terperinci dalam hukum islam.


DAFTAR PUSTAKA:
Hamalik, Oemar. 2009. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Ngalim, Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Syah, Muhibbin. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
https://www.academia.edu/Documents/in/Pengertian_Kejenuhan_dalam_Belajar.