A. Kejenuhan Dalam Belajar
1.
Pengertian
Kejenuhan Dalam Belajar
Secara harfiah arti jenuh ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi
memuat apapun selain itu, jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan. Dalam
belajar, disamping siswa sering mengalami kelupaan, ia juga mengalami peristiwa
negatif lainnya yaitu kejenuhan dalam belajar. Peristiwa jenuh dialami seorang
siswa yang sedang dalam proses belajar dapat membuat siswa tersebut merasa
telah memubazirkan usahanya.
Menurut Robert (dalam Muhibbin
Syah, 2012: 181), kejenuhan belajar ialah
rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan
hasil. Selain
itu ada juga pendapat yang mengatakan kejenuhan belajar merupakan suatu
kondisi mental seorang pelajar atau mahasiwa mengalami
kebosanan untuk melakukan aktifitas belajar, yang menyebabkan
motivasi belajar menurun.
Jadi dapat disimpulkan kejenuhan belajar adalah menurunnya kondisi
mental pesertadidik yang mengakibatkan rendahnya motivasi belajar, sehingga berpengaruh pada hasil belajar
yang kurang memuaskan.
2.
Faktor
Penyebab dan Cara Mengatasi Kejenuhan Dalam Belajar
a.
Faktor
Penyebab Terjadinya Kejenuhan Dalam Belajar
Menurut Chaplin (dalam Muhibbin Syah, 2012:181), kejenuhan belajar dapat
melanda siswa apabila ia telah kehilangan motivasi dan kehilangan konsolidasi
salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum siswa tertentu sampai pada
tingkat keterampilan berikutnya. Selain itu, kejenuhan juga dapat terjadi
karena proses belajar siswa telah sampai pada batas kemampuan jasmaniahnya
karena bosan dan keletihan.
Menurut Cross (1974) dalam bukunya The Psychology of Learning (dalam buku
Muhabbin Syah, 2012: 182), keletihan siswa dapat dikategorikan menjadi tiga
macam yakni.
1.
Keletihan
indera siswa
2.
Keletihan
fisik siwa
3.
Keletihan
mental siswa
Keletihan fisik dan keletihan indera dalam hal ini mata dan telinga, pada
umumnya dapat dikurangi atau dihilangkan lebih mudah setelah siwa beristirahat
yang cukup dan mengkonsumsi makanan yang bergizi. Begitu sebaliknya, keletihan
mental tak dapat diatasi dengan mudah. Maka dari itu keletihan mental dipandang
sebagai faktor utama penyebab munculnya kejenuhan dalam belajar.
Empat faktor penyebab keletihan mental pada siswa sebagai berikut.
a)
Karena
kecemasan siswa terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh keletihan itu
sendiri
b)
Karena
kecemasan siswa terhadap standar keberhasilan bisang study tertentu yang
dianggap terlalu tinggi terutama ketika siswa merasa bosan mempelajari
bidang-bidang study tadi
c)
Karena siswa
berada di tengah-tengah situasi kompetitif yang ketat dan menuntut lebih banyak
kerja intelek yang berat
d) Karena siswa mempercayai konsep kinerja akademik
yang optimum, sedangkan dia sendiri menilai belajarnya sendiri hanya
berdasarkan ketentuan yang ia bikin sendiri.
b.
Cara Mengatasi
Kejenuhan Dalam Belajar
Keletihan
mental yang menyebabkan munculnya kejenuhan belajar, bisa diatasi dengan
kiat-kiat berikut ini.
1)
Melakukan istirahat dan mengkonsumsi
makanan dan minuman yang bergizi dengan takaran yang cukup
2)
Pengubahan atau penjadwalan kembali
jam-jam dari hari-hari belajar yang dianggap lebih memungkinkan siswa lebih
belajar dengan giat
3)
Pengubahan atau penataan kembali
lingkungan belajar siswa yang meliputi pengubahan posisi meja tulis, lemari,
rak buku, dan alat-alat perlengkapan belajar sampai memungkinkan siswa merasa
berada ditempat yang lebih menyenangkan untuk belajar
4)
Memberikan motivasi dan stimulasi baru
agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat daripada sebelumnya
5)
Siswa harus berbuat nyata (tidak
menyerah atau tinggal diam) dengan cara mencoba belajar dan belajar lagi. Serta
menggunakan metode yang bervariasi dalam belajar.
B. Transfer Dalam Belajar
1.
Pengertian
Transfer Dalam Belajar
Transfer belajar merupakan
pemindahan ketrampilan hasil belajar
dari suatu situasi kesituasi lainnya. Kata “pemindahan ketrampilan”
tidak berkonotasi hilangnya melakukan ketrampilan sesuatau karena diganti ketrampilan baru pada masa
sekarang, oleh sebab itu definisi ini harus dipahami sebagai pemindahan
pengaruh atau pengaruh keterampilan melakuakan sesuatu terhadap tercapainya
ketrampilan melakukan sesuatu lainnya.
Dalam buku psikologi pendidkan (Purwanto
Ngalim, 1990:108), transfer belajar adalah apabila seseorang mampu menerapkan
sebagian atau semua kecakapan kecakapan yang telah dipelajarinya dalam situasi
lain yang tertentu. Sedangkan menurut Reber (dalam Syah, 2012: 159),
transfer belajaradalah pemindahan keterampilan hasil belajar dari satu situasi
ke situasi lainnya.
2.
Ragam
Transfer Belajar
Menurut Gagne (dalam Syah, 2012: 160), transfer belajar dapat digolongkan
kepada empat kategori yaitu.
a.
Transfer
positif
Transfer
positif dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila guru membantu untuk
belajar dalam situasi tertentu yang mempermudah siswa tersebut belajar
dalam situasi-situasi lainnya. Dalam hal ini, transfer positif menurut
Barlow (1985) adalah learning in one
sitaution helpful in other situations, artinya belajar dalam suatu situasi
yang dapat membantu belajar dalam situasi-situasi lain.
Contoh,
seorang siswa yang telah menguasai matematika akan mudah mempelajari
statistika, karena banyaknya kesamaan hukum, prinsip ataupun rumus yang ada di
matematika dan statistika.
b.
Transfer
Negatif
Transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan
belajar selanjutnya. Transfer negatif dapat dialami seorang siswa apabila ia
belajar dalam situasi tertentu yang memiliki pengaruh merusak terhadap
keterampilan/pengetahuan yang dipelajari dalam situasi-situasi lainnya.
Pengertian ini di ambil dari pakar psikologi pendidikan oleh Daniel Lenox
Barlow (1985) yakni learning in one
situation has a damaging effect in other situations.
Contoh, orang yang sudah terbiasa mengetik dengan
menggunakan dua jari, kalau belajar mengetik dengan menggunakan sepuluh jari
akan lebih banyak mengalami kesukaran dari pada orang yang baru belajar
mengetik. Artinya, keterampilan yang sebelumnya sudah dimiliki menjadi
penghambat belajar keterampilan lainnya.
c.
Transfer
Vertikal
Transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar
pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi. Transfer vertikal (tegak lurus)
dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila pelajaran yang telah dipelajari
dalam situasi tertentu membantu siswa tersebut dalam menguasi
pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi/rumit.
Contoh, seorang siswa SD yang telah menguasai
prinsip penjumlahan dan pengurangan akan mudah mempelajari perkalian, atau
seorang anak yang telah menguasai mata pelajaran nahwu dan shorrof akan sangat
mudah mempelajari kitab-kitab fiqh, tafsir dan sejenisnya.
Agar memperoleh transfer vertikal, guru sangat
dianjurkan untuk menjelaskan kepada para siswa secara eksplisit mengenai faedah
materi yang sedang diajarkannya bagi kegiatan belajar materi lainnya yang lebih
kompleks. Upaya ini penting sebab kalau siswa tidak memiliki alasan yang benar
mengapa ia harus mempelajari materi yang sedang diajarkan gurunya itu, mungkin
ia tak akan mampu memanfaatkan materi tadi untuk mempelajari materi lainnya
yang lebih rumit.
d.
Transfer
Lateral
Transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar
pengetahuan/keterampilan yang sederajat. Transfer lateral (ke arah samping)
dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila ia mampu menggunakan materi yang
telah dipelajarinya untuk mempelajari materi yang sama kerumitannya dalam
situasi-situasi yang lain. Dalam hal ini, perubahan waktu dan tempat tidak
mengurangi mutu hasil belajar siswa tersebut.
Contoh, seorang mempunyai orang yang mempelajari dan
memahami mata pelajaran bahasa asing yang mempunyai struktur gramatika, susunan
kata, sintaksis yang sama. Seperti mempelajari dan memahami bahasa inggris akan
mempermudah mempelajari bahasa jerman.
3.
Faktor-faktor
Penyebab Terjadinya Transfer Belajar
a.
Intelegensi, individu yang lancar dan pandai
biasanya segera mampu menganalisa dan dapat melihat hubungan logis, ia segera
melihat unsur-unsur yang sama serta pola dasar atau kaidah hukum, sehingga
sangat mudah terjadi transfer.
b.
Sikap, Meskipun orang mengerti dan memahami
sesuatu serta hubungannya dengan yang lain, tetapi pendirian/kecenderungannya
menolak/sikap negatif, maka transfer tidak akan terjadi, dan demikian
sebaliknya.
c.
Materi Pelajaran, Biasanya mata pelajaran yang
mempunyai daerah berdekatan akan mudah terjadi transfer. Contohnya: Matematika
dengan Statistika, Ilmu Jiwa Daya dengan Sosiologi akan lebih mudah terjadi
transfer.
d.
Sistem Penyampaian Guru, Pendidik yang senantiasa
menunjukkan hubungan antara suatu pelajaran yang sedang dipelajari dengan mata
pelajaran yang lain atau dengan menunjuk kehidupan nyata yang dialami anak,
biasanya akan mudah terjadi transfer.
4.
Teori-teori
Transfer Dalam Belajar
Menurut
Albert Bapp (dalam
Oemar Hamalik, 2009:52), teori transfer belajar sebagai berikut.
a. Teori disiplin ilmu/ilmu daya, yang
menjelaskan bahwa daya jiwa pada manusia itu dapat di latih. Dan setelah
berlatih dengan baik, daya-daya itu dapat digunakan pula untuk pekerjaan yang
lain yang menggunakan daya tersebut, dengan demikian terjadilah transfer
belajar. Misalnya seorang anak yang semenjak kecil melatih diri cara-cara
melempar dengan tepat, mula-mula ia melempar dengan batu, kemudian di sekolah
ia sering bermain kasti sehingga terlatih pula melempar dengan bola. Menurut
teori daya, anak yang telah mempunyai kemampuan lari, lompat, loncat akan
menghasilkan kemampuan dalam bidang atletik.
b. Teori elemen identik, yang
berpandangan bahwa transfer belajar dari satu bidang ke bidang studi yang lain
atau bidang studi sekolah ke kehidupan sehari-hari, terjadi berdasarkan
unsur-unsur yang sama. Misalnya antara bidang studi fisika dan ilmu mekanika,
dan sebagainya. Menurut teori ini Hakekat transfer belajar adalah pengalihan
dari penguasaan suatu unsur tertentu pada bidang studi yang lain, makin banyak
adanya unsur-unsur yang sama akan semakin besar terjadinya transfer belajar
postif. Unsur-unsur identik dapat di transfer ke unsur-unsur identik lainnya,
yang sering juga di sebut sebagai “teori elemen identik”.
c.
Teori generalisasi, bahwa transfer
belajar lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menangkap struktur
pokok, pola dan prinsip umum, yang dengannya mampu menangkap ciri-ciri atau
sifat-sifat umum yang terdapat dalam sejumlah hal yang khusus. Misalnya ketika
seseorang menguasai dalam kaidah-kaidah pokok dalam hukum islam (ushul fiqh),
maka ia akan dengan mudah menguasai ketentuan hukum yang lebih terperinci dalam
hukum islam.
DAFTAR PUSTAKA:
Hamalik, Oemar. 2009. Psikologi
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Ngalim, Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Syah, Muhibbin. 2012.
Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
https://www.academia.edu/Documents/in/Pengertian_Kejenuhan_dalam_Belajar.